Selasa, 06 Desember 2011

Huruf Z


1. Zarah (particle): partikel; butir yang halus sekali; bagian benda yang sangat kecil.
2. Zat antibakteri (antibacterial agent): zat yang menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri.
3. Zat asam : oksigen.
4. Zat asam arang : karbondioksida/CO¬2; zat sisa metabolisme yang dihasilkan oleh manusia, hewan maupun tumbuhan.
5. Zat hara : campuran berbagai zat yang dibutuhkan tumbuhan untuk membuat makanan.
6. Zat hara renik (micro-nutrient): senyawa-senyawa yang diperlukan dalam jumlah kecil tetapi harus diperoleh makhluk dari lingkungannya untuk menjaga kesempurnaan pertumbuhannya, misalnya vitamin dan beberapa unsur tertentu.
7. Zat hijau : klorofil; pigmen hijau dalam tumbuh-tumbuhan hijau yang menyebabkan tanaman dapat memperoleh makanannya sendiri.
8. Zat warna akrinida (acrinide dye): kelompok zat warna yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, tampak bekerja dengan cara menghambat asam nukleat.
9. Zeatin : senyawa sitokinin yang terdapat pada tanaman jagung.
10. Zebrinus : bergaris seperti zebra
11. Zeitgeber (zeitgeber): rangsangan luar yang bertindak sebagai pemicu ritme biologi.
12. Zenogotropisme (zenogeotropism): geotropisme negatif.
13. Zeolit : senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium dan barium.
14. Zigofit (zygophyte): tumbuhan yang dihasilkan oleh perkembangbiakan seksual.
15. Zigofor (zygophore): bagian hifa khusus pada Mucorales (Zygomycetes) yang membentuk cabang-cabang perkelaminan yang akan menjadi progametangium dan akhirnya zigospora.
16. Zigogami (zygogamy): perkawinan antara dua gametangium yang melebur menjadi satu dan kemudian membentuk zigospora seperti yang umum terjadi pada jamur Zygomycetes.
17. Zigogenesis (zygogenesis, zygogenetic): tahap perkembangbiakan melalui pembuahan ketika terjadi perfusian nukleas jantan dan betina.
18. Zigomorf (zygomorphic): tipe simetri benda atau bidang yang hanya dapat dibagi sekali menjadi dua bagian setangkup; simetri bilateral.
19. Zigonema (zygonema): benang kromosom yang tampak pada zigoten
20. Zigosin (zygosin): konjugasi atau penyatuan gamet.
21. Zigosis (ztgosis): gamet.
22. Zigospora (zygospore): spora yang dihasilkan oleh zigot; spora hasil persatuan dari dua hifa yang berlainan jenis; sel yang terbentuk karena zigogami atau perpaduan konjugasi antara dua gamet yang serupa, seperti pada ganggang dan jamur tertentu, umumnya merupakan spora yang berdinding tebal dan sedang dalam fase istirahat.
23. Zigosporangium (zygosporangium): sporangium yang di dalamnya berisi satu zigospora.
24. Zigot (zygote): sel diploid sebagai hasil perpaduan gamet jantan dan gamet betina haploid; sel telur yang telah dibuahi dan belum melakukan proses pembelahan; individu embrio yang berkembang dari sel tersebut.
25. Zigotaksis (zygotaxis): kecenderungan terjadinya konjugasi antara dua hifa terspesialisasipada jamur tertentu; saling tarik-menarik antara gamet jantan dan gamet betina.
26. Zimofag (zymophag): virus yang menyerang sel khamir.
27. Zimogen (zymogen, zymogenous): bentuk enzim tak aktif yang dapat dikonversi menjadi bentuk aktif dengan memotong polipeptida, tripsinogen adalah zimogen tripsin; sifat jasad renik yang aktif mengadakan fermentasi kalau tersedia substrat yang sesuai.
28. Zimologi (zymology): ilmu yang mempelajari tentang kehidupan khamir.
29. Zoidiofili (zoidiophile, zoidiophily): penyerbukan bunga yang dibantu oleh hewan.
30. Zoidiogami (zoidiogamy): pembuahan oleh gamet jantan motil.
31. Zona (zone): daerah dalam kawasan biografi yang memiliki biota mencirikan; daerah atau jalur yang berhubungan dengan persebaran; strata yang dibedakan oleh fosil khas; pita atau bagian pada organ tubuh.
32. Zona absisi (abscission zone): daerah di dasar daun, bunga atau buah yang terdiri atas lapisan absisi dan lapisan sel gabus yang berfungsi sebagai tapak absisi, tempat melepaskan bagian-bagian itu, pelindung luka jika bagian-bagian itu telah luruh.
33. Zona adaptif (adaptive zone): lintasan ekologi yang dilalui takson dalam perjalanan evolusinya.
34. Zona adaptif transisi (transitional adaptive zone): lintasan evolusi melewati zona nonadaptif yang kekuatan seleksi dan laju evolusinya tidak berbeda dibandingkan dengan zona adaptifnya.
35. Zona afit (aphytic zone): bagian dasar danau yang karena kedalamannya tidak ada tumbuhan yang hidup di dalamnnya.
36. Zona afoto (aphotic zone): bagian dalam laut atau danau yang tidak dimasuki oleh cahaya.
37. Zona akme (acme zone): suatu satuan biostratigrafi yang dicirikan oleh kelimpahan bentuk-bentuk fosil tertentu.
38. Zona antar pasang (intertidal zone, tidal zone): zona eulitoral; zona di daerah pesisir yang dibatasi oleh tinggi maksimum dan tinggi minimum air pasang.
39. Zona antropik (anthropic zone): daerah permukaan bumi yang telah diubah sama sekali oleh manusia untuk digunakan berbagai keperluan hidupnya.
40. Zona arkibentos (archibenthal zone, arkibenthic zone): lantai samudra yang mencakup lereng benua yang diawali dari tepi lautan benua hingga tanjakan benua.
41. Zona Arktik (Arctic zone): zona yang terletak antara lintang 66,5o dan 72o pada belahan bumi utara maupun selatan.
42. Zona bathyal : daerah laut terbuka di luar piringan benua.
43. Zona bentos (benthic zone): lumpur, pasir dan sebagainya yang berada di dasar laut atau danau.
44. Zona biostratigrafi (biostratigraphic zone): satuan biostratigrafi yang ditandai oleh fosil penciri yang dijadikan sumber namanya.
45. Zona disfoto (dysphotic zone): zona dalam bagian air yang memiliki intensitas cahaya tidak mencukupi untuk proses fotosintesis tetapi cukup untuk tanggapan perilaku.
46. Zona ekonomi eksklusif ZEE (exclusive economic zone EEZ): kawasan laut selebar 200 mil dari garis pantai yang disepakati merupakan wilayah hukum negara termaksud untuk keperluan eksploitasi ekonomi.
47. Zona emersi (emersion zone): bagian pantai laut yang tertutupi air hanya jika ada pasang luar biasa; bagian teratas zona litoral danau yang hampir selalu berada di atas permukaan air.
48. Zona epipelagik (epipelagic zone): bagian teratas samudera yang diawali dari permukaan air hingga kedalaman 200 meter.
49. Zona eufoto (euphotic zone): zona permukaan laut atau danau yang tersinari cukup untuk memungkinkan berlangsungnya fotosintesis neto.
50. Zona foto (photic zone): zona di dalam bagian air danau atau laut yang menerima cahaya matahari dengan intensitas yang memadai, sehingga memungkinkan terjadinya fotosintesis aerob.
51. Zona gersang (arid zone): daerah pada lintang 15o-30o utara dan selatan yang memiliki curah hujan sangat rendah (< 250 mm/tahun) dan merupakan daerah tempat gurun dunia ditemukan, meskipun sangat kering, hujan turun juga tetapi segera menguap atau terserap ke dalam tanah sehingga tak berguna untuk vegetasi. 52. Zona hades (hadal zone): daerah dengan kedalaman laut di bawah 6000 meter. 53. Zona hibrid (hybrid zone): daerah pertemuan persebaran dua populasi yang berbeda secara genetika tempat terjadinya saling kawin mengawini secara silang. 54. Zona hidup (life zone): kawasan biogeografi yang memiliki flora dan fauna yang khas. 55. Zona iklim (climatic zone): kawasan lintang bumi yang ditandai oleh iklim yang relatif homogen. 56. Zona indeks (index zone): strata acuan yang dapat diidentifikasi dari komposisi paleontologi tertentu. 57. Zona intertidal : daerah dalam bioma litoral yang mengalami basah dan kering secara bergantian oleh air pasang dan air surut. 58. Zona intergradasi (intergradation zone): zona perbatasan antara dua anak jenis berdampingan yang ditempati oleh bentuk-bentuk perantara. 59. Zona khatulistiwa (equatorial zone): daerah lintang bumi sampai 15o pada kedua sisi garis khatulistiwa. 60. Zona kutub (polar zone): daerah yang terletak di antara lintang 72o dan 90o di kedua belahan bumi. 61. Zona limnetik (limnectic zone, limnic zone, limnal zone): zona permukaan air danau di atas kedalaman pemampas. 62. Zona litoral : daerah yang terdapat pada tepi ekosistem perairan dan terentang dari garis pantai menuju ke populasi yang paling dalam dari organisme yang melekat sampai ke permukaan dasar. 63. Zona mesosaprob (mesosaprobic zone): habitat akuatik tercemar yang memiliki konsentrasi oksigen tereduksi dan batas penguraian bahan organik agak tinggi. 64. Zona neritik : daerah air dangkal pada piringan benua. 65. Zona oseanik : wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. 66. Zona penyangga (buffer zone): daerah di sekitar kawasan pelestarian yang sengaja diadakan untuk melindungi bagian dalamnya dari gangguan atau perubahan dari faktor luar. 67. Zona percik (splash zone): bagian pantai tepat di atas batas pasang maksimum yang sering dibatasi oleh percikan air laut karena pecahnya ombak. 68. Zona pertumbuhan (growing zone): daerah pada organ pertumbuhan yang mengalami perpanjangan atau pembesaran yang disebabkan karena perbanyakan atau pembesaran sel. 69. Zona profundal : zona dalam pada ekosistem akuatik yang terdapat di bawah zona limnetik. 70. Zona sedang dingin (cold temperature zone): zona lintang yang terletak pada garis 45o dan 58o di belahan bumi utara dan selatan. 71. Zona semprot (spray zone): bagian pantai yang berada tepat di atas zona percik yang terkadang menjadi basah oleh semprotan air laut karena pecahnya ombak. 72. Zona subtidal : zona di dalam bioma litoral, yang walaupun senantiasa terendam selalu mengalami kedalaman intensitas cahaya yang berfluktuatif. 73. Zona subtropik (subtropical zone): kawasan yang terletak pada lintang 23,5-34o di kedua belahan bumi. 74. Zona trofilisis (tropholytic zone): lapisan air danau dibawah zona trofogen sebagai tempat bahan organik digunakan sebagai sumber energi. 75. Zona trofogen (trophogenic zone): lapisan atas dari permukaan danau yang tersinari sebagian tempat terjadinya fotosintesis. 76. Zonakolpat (zonacolpate): serbuk sari yang permukaannya dilengkapi oleh alur-alur yang terletak di bagian tengahnya. 77. Zonalitas (zonality): persebaran zona mahkluk; ciri zona suatu habitat atau daerah. 78. Zonasi (zonation): pengaturan atau persebaran dalam lapisan, jalur atau daerah yang berbeda; garis atau daerah yang konsentris, yang sering kelihatan berbeda dalam warna, tekstur atau tanda-tanda lain yang terjadi karena pertumbuhan dipengaruhi oleh factor-faktor yang berubah-ubah. 79. Zonoalimnetik (zonoalimnetic): daerah pada kedalaman tertentu dalam danau. 80. Zooamilon (zooamylon): persediaan makanan yang terdapat pada bagian-bagian yang dapat membiaskan cahaya dalam sitoplasma protozoa. 81. Zooapokrisis (zooapocrisis): strategi atau responsi hewan terhadap keadaan lingkungan. 82. Zoobentos (zoobenthos): hewan yang hidup pada atau dalam dasar danau atau laut. 83. Zoobiotik (zoobiotic): mahkluk yang hidup sebagai parasit hewan. 84. Zoodinamika (zoodynamics): fisiologi hewan. 85. Zoodomatia (zoodomatia): struktur pada tumbuhan yang dibentuk oleh dan berfungsi sebagai naungan atau tempat berlindung bagi hewan. 86. Zooantroponosis : zoonosis yang berlangsung secara bebas pada manusia atau merupakan penyakit manusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. 87. Zooekologi (zooecology): penelaah hubungan hewan dengan lingkungan. 88. Zoofag (zoophage, zoophagous): makan hewan atau bahan-bahan berasal dari hewan. 89. Zoofili (zoophile, zoophilous, zoophily): diserbuki oleh hewan. 90. Zoofit (zoophyte): hewan yang bentuk morfologi atau perilaku hidupnya menyerupai tumbuhan. 91. Zooflagelata (zooflagellate): bentuk flagelata yang menyerupai hewan (dibandingkan dengan fitoflagelata). 92. Zoofobia (zoophobe, zoophoby): tidak bertoleransi pada hewan. 93. Zoogamet (zoogamete): gamet yang mempu mengembara karena mempunyai flagela penggerak, disebut juga planogamet. 94. Zoogami (zoogamous, zoogamy): perkembangan kawin pada hewan. 95. Zoogenesis (zoogenesis): ontogeny, perkembangan dan evolusi jenis hewan. 96. Zoogenetika (zoogenetics): cabang genetika yang secara khusus mendalami kebakaan dan variasi hewan. 97. Zoogeogenesis (zoogeogenesis): asal-usul dan kehidupan hewan di bumi. 98. Zoogeografi (zoogeography, animal geography): bagian geografi yang menelaah semua seluk-beluk persebaran hewan di muka bumi. 99. Zoogeografi biosoenosis (biocoenotic zoogeography): penelaah persebaran komunitas hewan. 100. Zoogeografi ekologi (ecological zoogeography): penelaahan persebaran hewan dalam kaitannya dengan keadaan kehidupan dan potensi pemencarannya. 101. Zoogeografi sejarah (historical zoogeography): penelaahan persebaran jenis hewan dalam kaitannya dengan sejarah dan evolusi paleogeografi daerahnya. 102. Zoogonidangium (zoogonidangium): suatu sel yang dapat menghasilkan spora pada ganggang. 103. Zoogonidium (zoogonidium): salah stu spora yang dapat bergerak yang terbentuk dalam gonidangium ganggang. 104. Zookori (zoochore, zoochory): dipencarkan dengan bantuan hewan. 105. Zoolit (zoolite, zoolith): suatu fosil hewan. 106. Zoologi (zoology): ilmu yang mempelajari seluk-beluk kehidupan hewan. 107. Zoom (zoome): masyarakat hewan yang diperlakukan sebagai suaatu satuan ekologi. 108. Zoometer (zoometer): biometer binatang yang menunjukkan keadaan melalui kerapatan jumlah individu, daya tahan, ukuran dan faktor-faktor lain 109. Zoometri (zoometry, zoometrics): penerapan metode statistika dalam penelitian keanekaragaman hewan. 110. Zoonomi (zoonomy): penelaahan fisiologi hewan. 111. Zoonosis (zoonosis, zoonoses): penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia dalam keadaan alami; secara umum sering dipakai untuk mengacu pada setiap penyakit hewan. 112. Zooparasit (zooparasite): hewan parasit. 113. Zooplankton (zooplankton): komponen hewan dalam plankton; istilah kolektif untuk organisme nonfotosintesis yang ada di dalam plankton (dibandingkan dengan fitoplankton). 114. Zooplasma (zooplasma): suatu bahan atau substansi hidup yang hidupnya bergantung pada hasil-hasil organisme lain. 115. Zoosemiotika (zoosemiotics): penelaahan komunikasi antar hewan. 116. Zoosoenosis (zoocoenosis): komunitas hewan. 117. Zoospora (zoospore): spora yang memiliki flagela; spora yang dibentuk secara tak kawin oleh ganggang tertentu dan berbagai jamur dan dapat melakukan gerakan karena memiliki flagella, disebut juga spora kembara atau planospora; tubuh-tubuh yang sangat kecil yang berbentuk flagella atau amoeba yang bergerak-gerak, yang dihasilkan oleh sporosista dari protozoa tertentu. 118. Zoosporangium (zoosporangium): sporangium yang menghasilkan zoospore dan umumnya berdinding tipis dan hanya dibentuk oleh jamur-jamur yang rendah tingkat evolusinya. 119. Zootaksi (zootaxy): klasifikasi hewan. 120. Zooteknika (zootechny, zootechnics): ilmu yang diterapkan untuk pengembangan penangkaran, pemeliharaan dan pemanfaatan hewan. 121. Zootoksin (zootoxin): racun yang dihasilkan hewan. 122. Zootrof (zootrophic): heterotroph. 123. Zooxanthellae : sebuah istilah yang merujuk pada sekelompok dinoflagellata yang berasal dari perubahan evolusi yang berbeda yang terjadi dalam simbiosis dengan invertebrata laut. 124. Zoozigosfer (zoozygosphere): gamet yang motil. 125. Zoo neuston : istilah kolektif untuk organisme yang mengapung di atas air (epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan (hyponeuston). 126. ZPG (zero population growth, ZPG): pertumbuhan penduduk nol, yang dicapai karena laju kelahiran persis sama dengan laju kematian. 127. Zuriat (descendants): semua individu yang diturunkan dari satu sumber terutama dari perkawinan dua individu. SUMBER PUSTAKA: TIM GBS. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Penerbit GBS Rifai, Mien. A. 2002. Kams Biologi. Jakarta: Balai Pustaka BY ULFAH HANUM (201010070311128; BIOLOGI 3 C)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar